26 Juni 2009

alergi ASI?

Sebagian masyarakat percaya ada bayi yang alergi air susu ibu (ASI). Pernyataan itu tentu keliru, karena ASI merupakan makanan terbaik bagi anak. Namun jika anak terus memberi tanda-tanda "aneh" ketika di beri ASI, yang patut dipertanyakan adalah apakah ibu sudah menghindari penyebab alergi atau alergen dengan baik?

Konsultan Gastroenterologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, dr. Badriul Hegar mengatakan, jika bayi bermasalah dengan ASI yang patut dicurigai adalah makanan si ibu.

"Makanan ibu yang bisa jadi biang kerok, sehingga ASI pun jadi alergi. Oleh karena itu ibunya yang harus dibenerin," kata dr Hegar pada media edukasi di Jakarta, Rabu (14/1).

Ibu harus tahu apa saja yang menjadi alergen bagi dirinya agar tidak tertular ke bayi melalui ASI. Kandungan ASI, menurut dr Hegar sangat tidak mungkin menjadi alergen bagi bayi.

Tanda-tanda yang menunjukan bayi mengalami alergi karena ASI antara lain diare atau gumoh. Para ibu tidak akan asing dengan istilah gumoh. Gumoh terjadi karena ada udara di dalam lambung yang terdorong keluar kala makanan masuk ke dalam lambung bayi.

Gumoh terjadi secara pasif atau terjadi secara spontan. Berbeda dari muntah, ketika isi perut keluar karena anak berusaha mengeluarkannya. Dalam kondisi normal, gumoh bisa dialami bayi antara 1 - 4 kali sehari. Dr Hegar mengatakan dalam kondisi normal gumoh bisa dialami bayi antara 1-4 kali sehari.

"70% bayi usia 4 bulan mengalami gumoh satu kali sehari dan keadaan ini normal," paparnya.

Gumoh dikategorikan normal, jika terjadinya beberapa saat setelah makan dan minum serta tidak diikuti gejala lain yang mencurigakan. Selama berat badan bayi meningkat sesuai standar kesehatan, tidak rewel, gumoh tidak bercampur darah dan tidak susah makan atau minum, maka gumoh tak perlu dipermasalahkan.

Namun dr Hegar menekankan jika bayi gumoh lebih sering dari normal orangtua perlu memeriksakannya karena dikhawatirkan si anak mengalami alergi susu.

"Jika gumoh sudah ditangani dengan benar, namun bayi masih saja gumoh dan sering orangtua berhak curiga si anak alergi, namun yang dipermasalahkan bukan ASI-nya tapi asupan makanan ibu " pungkasnya.

Ditegaskan oleh dr Hegar, jangan menghentikan pemberian ASI yang harus dilakukan justru memperhatikan asupan makanan ibu, karena yang menjadi alergen bukanlah ASI tapi kandungan ASI yang dihasilkan dari makanan ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar