Baby blues syndrome. Saya yakin kata-kata ini sudah cukup familier di telinga keluarga muda. Tidak bisa dipungkiri, kondisi ini terjadi di beberapa keluarga muda indonesia. Dari kondisi biasa yang tidak ada anak atau anggota keluarga lainnya, tiba-tiba muncul anggota keluarga baru yang seharusnya membawa kegembiraan dan kebahagiaan, malah mengakibatkan kecenderungan emosional yang meledak-ledak. Dari menangis tanpa sebab sampai depresi.
lalu apa penyebab baby blues syndrome ini?
Penyebab utama sindrom ini adalah perubahan hormon yang terjadi pada 3-4 hari setelah persalinan. Hal ini akan memicu mood sang bunda sehingga menjadi lebih sensitif, rasa sedih dan ingin menangis tanpa sebab. Meskipun seharusnya ibu tengah berbunga-bunga karena si mungil yang dinanti-nanti selama sembilan bulan sudah ada dalam pelukan.
Ternyata sindrom ini menghinggapi sekitar 70% bunda yang melahirkan. Sindrom ini sering terjadi, terutama, kepada bunda yang baru melahirkan untuk pertama kali. Dengan kondisi pengetahuan tentang si kecil yang serba terbatas, langsung dikondisikan untuk merawat dan mengasuh serta meluangkan waktu yang sedemikian banyak untuk memenuhi semua kebutuhan si kecil. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan kondisi baby blues syndrome ini.
Para bunda yang mengalami baby blues syndrome biasanya ditandai dengan gejala khas berupa depresi ringan, perasaan yang tidak menentu (moody), mudah sedih, murung dan rasa ingin menangis. Beberapa ada juga yang disertai gejala sulit tidur, sulit berkonsentrasi, sering bingung, dan pikiran yang terlalu mengkhawatirkan bayi atau ragu akan kemampuannya mengurus bayi. Namun, tidak perlu risau karena kondisi ini umumnya hanya berlangsung singkat (biasanya pada minggu pertama).
Sehingga para bunda tidak perlu kuatir. Terlebih baby blues syndrome ini tidak akan mengganggu peran aktif ibu untuk memberikan ASI dan memantau pola tumbuh kembang si kecil. Tetapi tentu saja, peran aktif ayah dan keluarga lainnya diperlukan untuk membantu bunda lepas dari kondisi ini.
lalu apa penyebab baby blues syndrome ini?
Penyebab utama sindrom ini adalah perubahan hormon yang terjadi pada 3-4 hari setelah persalinan. Hal ini akan memicu mood sang bunda sehingga menjadi lebih sensitif, rasa sedih dan ingin menangis tanpa sebab. Meskipun seharusnya ibu tengah berbunga-bunga karena si mungil yang dinanti-nanti selama sembilan bulan sudah ada dalam pelukan.
Ternyata sindrom ini menghinggapi sekitar 70% bunda yang melahirkan. Sindrom ini sering terjadi, terutama, kepada bunda yang baru melahirkan untuk pertama kali. Dengan kondisi pengetahuan tentang si kecil yang serba terbatas, langsung dikondisikan untuk merawat dan mengasuh serta meluangkan waktu yang sedemikian banyak untuk memenuhi semua kebutuhan si kecil. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan kondisi baby blues syndrome ini.
Para bunda yang mengalami baby blues syndrome biasanya ditandai dengan gejala khas berupa depresi ringan, perasaan yang tidak menentu (moody), mudah sedih, murung dan rasa ingin menangis. Beberapa ada juga yang disertai gejala sulit tidur, sulit berkonsentrasi, sering bingung, dan pikiran yang terlalu mengkhawatirkan bayi atau ragu akan kemampuannya mengurus bayi. Namun, tidak perlu risau karena kondisi ini umumnya hanya berlangsung singkat (biasanya pada minggu pertama).
Sehingga para bunda tidak perlu kuatir. Terlebih baby blues syndrome ini tidak akan mengganggu peran aktif ibu untuk memberikan ASI dan memantau pola tumbuh kembang si kecil. Tetapi tentu saja, peran aktif ayah dan keluarga lainnya diperlukan untuk membantu bunda lepas dari kondisi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar